Tuesday, 10 February 2009

Ancaman Badai hingga April

Siklon tropis Freddy diperkirakan akan meluruh pada Selasa (10/2) sekitar pukul 13.00 WIB di wilayah barat Australia setelah bertahan selama tiga hari.

Berdasarkan pola normalnya, setelah badai tersebut selesai, masih akan muncul tiga badai lagi. Diperkirakan peluang kemunculan ketiga badai akan berlangsung hingga April mendatang pada saat musim hujan berakhir.

Penjelasan itu disampaikan Koordinator Tropical Cyclone Warning Center (TCWC) Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Fachri Rajab di Jakarta, Selasa (9/2).

Pembentukan badai Freddy dipengaruhi oleh aliran udara dari Asia yang kuat ke arah selatan. Wilayah Indonesia menjadi daerah pertemuan aliran udara dari Asia dan Australia itu.

”Sampai dengan bulan April mendatang, arus udara dari utara ke selatan yang berbelok di wilayah Asia Tenggara masih akan terjadi,” kata Fachri.

Sejak Minggu malam, pengaruh Freddy sudah tidak dominan lagi karena ada tekanan rendah baru yang muncul di wilayah utara Australia. Namun, ini belum dapat dipastikan akan menjadi bibit siklon tropis, papar Fachri.

Jumlah badai

Berdasarkan data yang diperoleh Biro Meteorologi Australia, Fachri mengatakan, setiap tahun rata-rata muncul 8 badai atau siklon tropis.

Pembentukan, intensitas, dan lamanya badai ini bertahan antara lain dipengaruhi oleh lokasi kemunculannya dan volume uap air yang terbentuk di perairan.

”Selama musim penghujan tahun 2008-2009 yang dimulai bulan November lalu hingga hari ini telah tercatat lima siklon tropis yang terbentuk,” ujar Fachri.

Badai yang muncul pertama adalah Anika (17-22 November), selanjutnya Billy (15-28 Desember), Charlotte (11-13 Januari), dan Dominic (24-27 Januari).

Selain ancaman badai di utara Australia, kawasan selatan Indonesia juga terkena imbas badai lain yang terbentuk di perairan barat Sumatera.

Paling akhir, yaitu pada 22-24 April 2008, muncul badai Durga dengan intensitas kecepatan yang rendah atau pada kategori I. ”Terjadinya badai tersebut antara lain akibat pertemuan arus angin dari tenggara dan timur laut,” kata Fachri.

Badai Durga berada dalam areal pemantauan yang menjadi tanggung jawab TCWC Jakarta BMKG. Karena itu penamaan badai ini dilakukan Pusat Peringatan Siklon Tropis (TCWC) di bawah BMKG yang diresmikan 24 Maret 2008. Hanya berselang sebulan sejak pembentukan, TCWC Jakarta untuk pertama kali mendapat kewenangan memberikan nama badai.

Dampak tak langsung

Meski Indonesia tidak akan tersapu oleh badai karena berada di garis khatulistiwa atau di bawah garis lintang 10 derajat, wilayah ini akan kerap terkena dampak tidak langsung.

Akibat badai itu, di wilayah Nusantara ini akan terbentuk konvergensi yang menimbulkan angin kencang, naiknya ketinggian gelombang laut, dan hujan lebat, ujar Ahmad Zakir, Kepala Bidang Informasi Meteorologi BMKG.

Fachri mengemukakan, di Benua Australia yang terdiri dari padang Sabana, saat ini masuk musim panas. Suhu udara di Melbourne, misalnya, mencapai 40 derajat celsius.

Selain itu juga muncul angin kencang. ”Hal itulah yang menyebabkan kebakaran yang terjadi di sana dengan cepat meluas dan sulit dikendalikan,

No comments:

Followers