Friday 7 February 2014

Kampungku Rawan Perampokan...Jeritan Masyarakat Empat Lawang

Daerahku yang subur, daerahku yang asri kini berubah menjadi ketegangan yang membuat penduduk setempat ataupun pendatang enggan berlalu lalang melewati hutan - hutan kecil menuju desa ke desa, daerahku yang dulu aman tentram kini berganti dengan kejadian - kajadian tragis, memiluhkan. knapa tidak? dari kejauah ditanah rantau kami dengar khabar - kabar tentang perampokan kendaraan bermotor disetiap NYAWANGAN itu sebutan bagi kami masyarakat setempat menyebut hutan - hutan kecil. hampir setiap hari terjadi perampasan sepeda motor, dan para pelaku tidak segan - segan melukai bahkan membunuh korbannya, Masya Allah karma apa yang terjadi didaerahku...semoga kebodohan kejahatan ini cepat berlalu didaerahku, daerahku ini bernama daerah Empat Lawang dulunya masuk daerah kabupaten lahat namun sekarang mengalami pemekaran menjadi kabupaten empat lawang dan aku lahir didaerah tersebut tepatnya didesa lengungbatu, kecamatan lintang kanan kabupaten empat lawang sumatera selatan. semoga desaku menjadi aman seperti semula semoga para penegak hukum menjadi sadar atas tugas-tugasnya semoga masyarakat bisa bersatu dengan para penegak hukum untuk membasmi perampok - perampok keji tersebut. sudah cukup banyak korban - korbannya mulai dari yang terluka hingga yang tlah tiada kami butuh ketentraman kami ingin kedamaian kami cinta keamanan wahai para penegak hukum....tolong hentikan kejahatan ini.

Wednesday 5 February 2014

Rindu kampung halaman di lintang empat lawang, Rindu Mendaki Gunung Dempo Pagar Alam Sumatera Selatan

Sembilan tahun sudah berlalu pendakianku kegunung Dempo dikota Pagar Alam Sumatera Selatan tepatnya pada 01 Januari 2005 aku menginjakkan kaki diatas puncak gunung Dempo 3183mdpl, sebelum lanjut cerita tentang kerinduanku mendaki gunung mungkin sebaliknya aku perkenalkan diri dulu kali ya....seperti pepatah tak kenal maka tak sayang hahaha.... i’m Yusandra asyekk dah english – english makane singkong ajah...ga apa-apalah khan dikit doang, aku lahir di sebuah desa kecil di pelosok propinsi Sumatera Selatan 30 tahun yang lalu (sibuk-sibuk dengan rutinitas sehari – hari, ga berasa udah kepala tiga aja...) aku dilahirkan tepatnya didesa lesung batu kecamatan lintang kanan kabupaten empat lawang yang dulunya kecamatan muara pinang dan masih ikut kabupaten lahat. Namun sekarang sudah terjadi pemekaran daerah menjadi kecamatan lintang kanan dan memisahkan diri dari kabupaten lahat menjadi kabupaten empat lawang. Kenapa desaku dinamain desa lesung batu????, gini lho ceritanya...pada zaman dahulu atau pada zaman nenek moyang (ini cerita dari nenek dan ibuku lho) nenek moyang puteri rambut emas atau puyang putri rambut emas sebutan kami kepada nenek moyang legenda desa kami tersebut. Konon ceritanya nenek puyang puteri adalah sosok puteri cantik berambut emas, dan didesa kami juga terdapat benda-benda tua berbentuk lesung (alat yang digunakan untuk menumbuk atau menghaluskan sesuatu) yang terbuat dari bongkahan batu yang sudah dibentuk atau dipahat kurang lebih seperti itu kenapa desa kamu bernama desa lesungbatu. Kembali ke laptop eh kembali kejudul kerinduanku mendaki gunung, mendaki gunung adalah salah satu hobiku, karena digunung aku banyak belajar, mengerti arti pertemanan, pengkhianat, dan mengetahui siapa diriku sebenarnya (kayak lagu ya), mengenang masa kecilku yang dulu tinggal dihutan sejak umur 3 tahun sampai masuk SD, saking kelamaan dihutan liat mobil itu kaya liat apa gitu seneng tak ada bandingannya...wkwkwkwk tepokjidat kalo inget jaman dulu. Sejak kecil aku sering diajak kedua orang tuaku naik turun bukit karena pekerjaan orang tuaku adalah bertani kopi yang lokasinya jauh dari pemukiman dan diatas perbukitan nan hijau, karena kopi akan bagus dan tumbuh subur didaerah perbukitan dan di udara dingin, jadi biasanya kami berangkat kekebun dan mendaki bukit pada hari rabu dan menginap dikebun sampai hari senin karena pada hari selasa ada pasar mingguan yang terletak didesaku. Ditengahperkebunan kopi orangtuaku membangun rumah atau pondok kecil atau yang kami sebut dangau untuk kami tinggali selama berada dikebun kopi. Udara diketinggian perbukitan yang dingin menusuk hingga ketulang sum-sum pun menjadi biasa karena adaptasi mungkin karena itu pula yang membuatku senang dengan udara dingin pegunungan yang sejuk dan sangat bagus untuk memanjakan paru – paru kita yang sudah penuh dengan kerak – kerak polusi asap kendaraan dan pabrik – pabrik (padahal aku kerja dipabrik,..hahaha tapi bener sih bikin polusi). Oh iya satu pelajaran penting yang selalu diajarkan oleh kedua orang tuaku “ mendapat sesuatu dan sekecil apapun itu pasti perlu pejuangan” contoh yang paling aku ingat itu adalah setiap kali mau mendaki satu tanjakan yang cukup panjang untuk mencapai perkebunan kopi kami, Bapak dan Emak selalu bilang, kamu harus jalan sendiri ya sampai keatas bukit itu, nanti kalo udah sampai diatas nanti dibawah pohon kopi yang pohonnya paling rindang didekat situ ada beberapa permen yang manis dan air minum disitu...jiahhhh susah – susah nanjak hadiahnya permen doang...akh sudahlah melakukan sesuatu dengan mengharap imbalan itu adalah salah satu ciri sang pemalas. Setibanya diatas bukit yang didaki Bapakku pura – pura membersihkan akar pohon kopi dan menemukan bungkusan permen....dan senenglah diriku yang masih mungil saat itu...dan satu lagi setelah permen didapat dibawah pohon kopi aku diajarkan untuk tidak bandel kalo lagi maen pisau agar tidak memotong – motongin pohon kopi karena kata Bapakku pohon kopi kalo udah gede dan buahnya banyak bisa dijual buat beli permen. Itulah sekilas cerita masa kecilku yang sudah jauh menyimpang dari judul tentang kerinduanku akan mendaki gung dempo tapi ga apa –apalah namanya juga penulis ecek –cek dan satu hal yang aku bisa petik dari perjalanan masa kecilku yang mungkin berbeda dengan anak – anak sekarang ataupun anak – anak yang tinggal dikota dan hidup berkecukupan “ aku memang tidak bisa memilih keadaan diwaktu kecilku dulu tapi aku yang sekarang yang menentukan caranya membahagiakan kedua orang tuaku” ay lup yu pul mak&bak. Kembali ke judul kali ini serius balik ke judulnya, aku sangat suka mendaki gunung, sejak tahun 2002 aku pergi kejakarta dan mencari pekerjaan dan Alhamdulillah dapat pekerjaan dan gajinya bisa buat naik gunung karena dulu waktu kecil belum dapat ijin dari ortu dan masih ngumpet – ngumpet naik gunungnya karena takut diomelin dan juga belum punya duit, dan setelah bekerja stiap libur kerja atau weekend aku selalu pergi mendaki gunung – gunung dipulau jawa paling sering sih gunung gede-pangranggo bogor hehehe. Satu persatu aku mulai mencicil membeli peralatan pendakian pribadi dan alhamdulillah sudah komplit,,,,ada waktu tinggal cabut. Setelah kurang lebih sembilan tahun berlalu satu gunung yang sangat aku ingin mendakinya lagi yaitu Gunung Dempo yang tidak begitu jauh dari desaku, tanah kelahiranku. aku rindu dengan puncaknya, kawah merapinya, kabut atau embun lanangnya yang tidak hilang dan menampakkan pemandangan miliknya sebelum ada lantunan merdu suara Adzan dan pujian-pujian kepada Sang Pencipta alam semesta. Sungguh indah dan sangat mempesona ribuan tetes peluh dan rasa capek dan letihpun terbayarkan dengan pemandangan nan indahnya Gunung Dempo. Tepat pada hari ini mau kumpulin pasukan dan dana untuk mudik pada akhir tahun 2014 ini dan sekalian naik gunung dempo melepas rindu mendaki lagi, insya Allah anak pertamaku juga sudah lahir, semoga diberi restu oleh anak dan isteri...amin Aku rindu mendaki... Aku rindu mengambil foto – foto di gunung dempo khusunya karena dulu aku belum punya kamera..kasiannnnnnyaaa... Ya sudah sekian cerita pendekku tentang kerinduanku akan kampung halaman dan gunung dempo pagar alam sumatera selatan...tunggu yoo akan aku share foto-fotonya nanti (optimis banget)....

Sunday 19 January 2014

Musibah Banjir diawal 2014

dari lubuk hati yang paling dalam..saya pribadi mengucapkan turut prihatin atas musibah banjir yang menimpa saudara - saudara kita semua, semoga musibah ini cepat berlalu..amin

Followers